Jalan Raya Mengubah Arah Hidupku

Berikut ini merupakan kisah nyata yang terjadi pada tahun 1996 yang lalu.sebuah cerita pilu dari sebuah Desa kecil dikawasan Kota Gresik.
Aku bergegas mandi saat kulihat jarum jam menunjuk arah jam 11 siang,karena ku ingat hari ini ada tugas dari sekolah untuk mengambil pesanan kaos seragam untuk kegiatan gerak jalan besok,kegiatan rutin yg di selenggarakan untuk memeriahkan HUT RI se-kecamatan dukun.

"kring...kring...kring...",tiba-tiba terdengarlah suara deringan telepon yang seakan memintaku untuk secepatnya berangkat menunaikan tugas.

"ayo,cepet tak tunggu di rumah",suara Arif tegas.

Arif adalah sahabatku,seorang dokter muda yang bertugas di kampung halamanku.kami bagai dua tangan kiri dan kanan,di mana ada Aku,hampir dapat di pastikan dia ada di sana pula.

"Ok,Aku sholat dulu",jawabku sambil secepat kilat ku tutup telepon,lantas ke mushola kecil dalam rumahku untuk menunaikan Sholat Dluhur.

"Bu....Saya berangkat dulu".pamitku kepada bunda tercinta yg sabar menghadapi kelakuanku yang agak sulit dikendalikan saat itu.

"kemana?",tanya beliau heran.

"ke babat,ambil seragam sekolah untuk kegiatan besok"

"hati-hati",balas Ibu,singkat.

Aneh memang,baru kali ini Aku berpamitan kepada beliau,tak seperti biasanya,yg bersikap "sluman slumun slamet",orang jawa bilang.

Namun Aku tak punya firasat apapun dengan tingkah polaku yg abnormal tersebut.

tak lama kemudian Aku tiba di rumah Arif,"ayo Rif,biar nanti tidak ke malaman di jalan".pintaku keras.

Dengan kecepatan penuh,RGR baru yg kami kendarai melaju menyusuri jalanan yang penuh sesak dengan hiruk pikuk kendaraan yg lalu lalang.
Perjalanan yg melelahkan,udara panas menyelimuti sekujur tubuh,panasnya seakan mampu melelehkan besi,seakan gurun pasir di negeri timur tengah beralih ke kota santri.

Perjalan dari Dukun(salah satu kecamatan di gresik) ke babat,lamongan memakan waktu tempuh sekitar 1 jam-an.selama itu,hampir 4 botol air mineral habis kami tenggak,sekedar mengusir dahaga yg datang menyelimuti tenggorokan.

Tak banyak yang kami perbincangkan saat dalam perjalanan.kami terlalu fokus dengan jalanan yang ramai dengan kendaraan-kendaraan besar.karena takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan,apalagi di jalan raya lamongan ini sering kali terjadi insiden kecelakaan.

Selang waktu 1 jam telah terlewati,kami pun sampai di tempat tujuan.sejenak kami duduk dan melemaskan badan yang agak tegang dan juga terasa sedikit kecapekan.
tak lama beristirahat,barang pesanan sudah siap kami bawa pulang.

Saat itu,sang mentari mulai menepi,meredupkan silau sinarnya,dan mengurangi kapasitas panas suhu udaranya.sebagai pertanda senja mulai menyapa.
Motor kami semakin kalap.melaju kencang melawan arus angin yg terasa semakin dahsyat datang menerjang,bergulung-gulung laksana badai,bertubi-tubi menghujamkan mata panahnya,menusuk-nusuk raga.sungguh badai buatan dengan energi dorong yg sangat kuat luar biasa,dan hampir melontarkan tubuh kecilku jauh ke ujung dunia yg tak terukur jaraknya.

"brakgkgkgkgk......"

tanpa kusadari,Aku terpelanting,melayang di udara.dunia terasa hampa,tanpa beban,tanpa tekanan,semua serba ringan.
terbujur lunglai
tiba-tiba Aku telah terbujur lunglai di tepi batu besar,berada di dasar jurang.
Aku-pun masih belum mengerti apa yg telah terjadi.kupandangi pemandangan di sekelilingku,rerumputan berderetan seperti penonton dalam sebuah pertandingan sepak bola.Aku berusaha beranjak berdiri dari posisiku yg membujur tidur terlentang.

Namun,sa'at Aku melangkah,kakiku tak kuasa menopang beban tubuhku,Aku terjatuh tanpa sedikitpun mampu ku tahan.

"Astaghfirulloh........"

satu dari 5 kalima thoyyibah itu spontan terucap keluar dari sela-sela bibirku.setelah ku melihat kondisi anatomi kakiku.

"Ya ALLOH Ya ROBB........!!!!"

Darah bergumpal-gumpal keluar dari kaki kananku,memerahkan celana,memerahkan rerumputan alas tubuhku,bauh anyir-pun menyelinap masuk menusuk hidung.

"mat...rahmat...tolong.....!"

sayup terdengar suara memanggilku,suara meminta pertolongan dari atas jembatan.Aku rasa itu suara Arif.

Pikiranku melayang-layang,membayangkan seperti apa sahabatku di atas sana.
Aku tak mampu berbuat apa-apa,tergolek lunglai tak berdaya.hanya kalimat thoyyibah yg terucap deras,cepat...cepat..dan semakin cepat tak terkendali,serta sebuah pengharapan akan pertolongan yang segera datang.

Lama Aku tunggu pertolangan itu,namun belum jua datang.mungkin suara-suara kami hanya di anggap suara hantu yg menggoda bulu roma.karena memang tempat ini,jembatan yang terletak di desa wonokerto,dukun ini tersohor Keangkerannya.

Dengan kondisi yang seperti itu,Aku masih mencoba terus bertahan,bertahan melawan rasa sakit yg semakin menjadi-jadi.
Kemudian tanpa terasa,tubuhku seakan-akan melayang.ternyata beberapa orang telah mengangkatku keluar dari dasar jurang yg mengerikan.aku pasrahkan raga lunglaiku kepada mereka,tak tau akan di bawa kemana.

Sesampainya di atas,sebuah pick up telah menunggu dan siap mengangkut tubuhku.Ku dengar sayup namun meyakinkan,"kelihatanya tak ada jalan lain kecuali di amputasi",suara itu sungguh meruntuhkan mentalku,Aku pun berfikir,dari pada di amputasi lebih baik ku minta euthanasia saja.agar nanti Aku tidak menjadi beban hidup keluarga.

Pick up berhenti di depan sebuah puskesmas,yg bersebelahan dengan kantor polisi.seorang polisi meminta beberapa orang untuk menyampaikan kabar duka ini ke keluargaku.petugas puskesmas langsung merujukku ke RSUD dr Soetomo,rumah sakit daerah terlengkap peralatan medisnya di profinsi ini.

«★»«★»«★»«★»«★»«★»

Madumulyorejo,sebuah desa kecil yg berada di pinggiran bengawan solo.desa yg makmur,sawah-sawah pertanian terbentang luas.namun seiring perkembangan zaman,banyak sawah yg di reklamasi untuk di gunakan sebagai peternakan.mungkin saat ini sebutan yg tepat untuk desa kecil ini adalah desa peternakan.

Selain itu,desa ini dulu juga terkenal dg tindak kriminalnya,meskipun itu sudah sekian lama berlalu,namun identitas negatif tersebut seakan-akan melekat kuat di dahi pemuda-pemudanya,seakan pemuda yg terlahir di desa ini,hampir di pastikan mewarisi pembawaan negatif ini.sungguh pemikiran yg kolot bagi mereka yg masih melestarikan pandangan negatif tersebut.karena realitanya hal-hal negatif itu telah lama musnah di telan waktu yg begitu rakus melahap zaman.
rumah sederhana
di sebuah rumah sederhana dan amat sangat sederhana.seorang wanita setengah bayah sedang membuat jajanan untuk acara adat desa yg terselenggara tiap tahunya.wanita yg sabar,tabah,qona'ah dalam menghadapi berbagai problematika hidupnya.

"assalaamu'alaikum"

terdengar suara dari balik pintu,spontan wanita itu beranjak dari tempat duduknya guna menyambut tamu yg datang ke rumahnya."wa'alaikumussalaam",jawab wanita itu,sopan.
Wanita setengah bayah itu adalah Ibuku,Ibu yg sabar menghadapi sifat cuekku.

Setelah pintu terbuka.terlihat dua lelaki yg terkesan gugup tergesa-gesa.dua lelaki itu membawa kabar duka tentangku.

Seakan guntur menggelegar,memecahkan gendang telinga,tatkala kabar duka itu Beliau dengar.
Air mata keluar dengan begitu derasnya,keluar dari dua sudut mata beliau.lunglai tubuhnya tanpa tenaga.

Cepat secepat kilat kabar tersebut menyebar ke seluruh penjuru desa.warga berbondong-bondong datang ke rumah sederhanaku dg raut muka penuh kesedihan.
Mereka berusaha menghibur dan meyakinkan ibuku bahwa semua akan baik-baik saja.meskipun faktanya tidak demikian.

Sementara itu,pihak puskesmas menyarankan agar Aku segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secepatnya,karena melihat kondisi fisikku yang kian melemah akibat terlalu banyak mengeluarkan darah.
"lebih baik pasien segera di bawa ke rumah sakit,biar nanti keluarganya menyusul".kata dokter puskesmas.
Dokter tersebut juga menyarankan agar Aku di bawa ke RSUD.DR.Soetomo,Surabaya.

Pada saat itu,RSUD.DR.Soetomo menjadi satu-satunya rumah sakit yang paling lengkap peralatan medisnya.sehingga tidak salah jika Dokter tersebut merujuk ke sana,tak lain dan tak bukan,itu karena parahnya kondisi fisik kakiku.

Di UGD Aku terbaring tak berdaya.namun aneh,Aku masih dalam kondisi sadar padahal darah telah begitu banyak keluar dari luka kakiku yg sangat parah,dan hampir putus dari tubuh kecilku.yg ku rasakan hanya sakit pada jari tengah tanganku yg tidak kalah parahnya.

Saat itu pula,ku lihat beberapa Pria dan wanita mengelilingiku,dari dua mataku dengan pandangan yang mulai kabur.
Aku tahu mereka adalah dokter dan asistennya yang sedang memberi P3K padaku.

Sementara itu seorang dokter menemui orang tuaku.menyarankan agar kaki dan jari tanganku di amputasi saja.namun Bapak,bersikeras agar jangan sampai di amputasi.
"berapapun biayanya akan saya tanggung,dok,asal jangan di amputasi".tegas bapak pada dokter tersebut.

Ya memang sebelumnya Aku minta pada beliau agar jangan sampai di amputasi.Aku lebih memilih euthanasia dari pada amputasi.sekali lagi jika di amputasi akan lebih menambah beban hidup keluarga.

Orang tua mana yg tidak goyah hatinya,jika melihat dan mendengar anaknya seperti kondisiku saat itu?,Aku rasa tidak akan pernah ada.
Orang tuaku pontang panting mencari pinjaman kesana kemari,untunglah banyak saudara yang menawarkan bantuanya.pada waktu itu(1996) uang 15 juta merupakan nominal yang lumayan besar bagi kami,apalagi kondisi ekonomi keluarga yg tidak mumpuni.

Meskipun beliau bingung harus bagaimana cara yang di lakukan untuk membayar hutangnya nanti,tetap saja beliau menerima bantuan sanak kerabat berupa hutangan uang biaya operasiku.
dalam keadaan pikiran yang kalut beliau teringat sebidang sawah di desa.bagi beliau,menjual sawah tersebut adalah jalan keluar satu-satunya.

Akhirnya operasipun di lakukan tanpa menunda waktu yang lebih lama lagi.tentunya dengan sebuah tanda tangan yang di bubuhkan orang tuaku,sebagai tanda kemampuan untuk membayar biaya yang di perlukan untuk operasi yang segera di lakukan.

dan setelah 4 jam berlangsung,Alhamdulilah......operasipun sukses di selesaikan.namun Aku sendiri ngeri saat pertama kali melihatnya,setelah tak sadarkan diri selama 5 jam penuh efek obat bius yang disunrikkan tim medis ketika dilakukan operasi.sembilan paku platina menancap tegak di sepanjang kakiku.sungguh ngeri pemandangan itu.

(13 agustus 1996)

Posting Komentar untuk "Jalan Raya Mengubah Arah Hidupku"